Harga BBM Naik Lagi Ini Tanggapan Masyarakat
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali menjadi sorotan publik. Pemerintah baru saja mengumumkan bahwa beberapa jenis BBM non-subsidi mengalami penyesuaian harga per April 2025. Keputusan ini menimbulkan reaksi beragam di tengah masyarakat, dari keluhan sopir angkutan umum hingga kekhawatiran para pelaku usaha kecil.
Kenaikan harga BBM bukanlah hal yang baru, namun tetap menjadi isu sensitif karena dampaknya langsung terasa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masyarakat yang merasa keputusan ini memberatkan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Daftar Harga BBM Terbaru
Berdasarkan informasi dari situs resmi Pertamina, berikut adalah beberapa harga BBM terbaru per liter yang mulai berlaku sejak 15 April 2025:
Pertalite: Rp10.500 (tetap)
Pertamax: naik dari Rp13.950 menjadi Rp14.800
Pertamax Turbo: naik dari Rp15.800 menjadi Rp16.850
Dexlite: naik dari Rp14.250 menjadi Rp15.500
Pertamina Dex: naik dari Rp15.300 menjadi Rp16.650
Harga BBM Naik Lagi Ini Tanggapan Masyarakat
Pihak Pertamina menyatakan bahwa penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun demikian, kebijakan ini tetap menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Reaksi Masyarakat: Antara Pasrah dan Protes
Sopir Angkot dan Ojek Online
Salah satu kelompok yang paling terdampak adalah para sopir angkutan umum dan pengemudi ojek online. Budi (42), sopir angkot jurusan Depok–Pasar Minggu, mengaku pusing dengan harga BBM yang terus naik.
“Tarif nggak bisa dinaikkan sembarangan, tapi BBM naik terus. Akhirnya penghasilan kami makin tipis,” keluhnya.
Hal serupa disampaikan Rani (27), pengemudi ojek online di Jakarta. Menurutnya, banyak rekan sejawat mulai mengurangi jam kerja karena biaya operasional lebih besar dari pendapatan harian.
Pedagang dan Pelaku UMKM
Dampak kenaikan BBM juga dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah. Marni, pedagang sayur keliling di Tangerang, mengaku ongkos kirim dari pasar induk naik hampir dua kali lipat.
“Sayur mayur jadi ikut mahal, pelanggan pada ngeluh. Kalau saya naikkin harga, mereka bisa kabur ke pedagang lain,” ujarnya.
Sementara itu, pengusaha katering rumahan seperti Andi (35) menyatakan kekhawatiran akan meningkatnya harga bahan baku dan logistik.
Reaksi Netizen di Media Sosial
Di media sosial, topik #BBMNaik kembali trending. Banyak warganet yang menyuarakan kekecewaan dan rasa frustrasi terhadap kebijakan ini. Sebagian bahkan membandingkan harga BBM di Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia yang dianggap lebih murah.
Namun, tak sedikit juga netizen yang mencoba melihat sisi positif dan menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan kendaraan pribadi, serta mempertimbangkan opsi transportasi umum atau kendaraan listrik.
Tanggapan Pemerintah: Langkah Sulit tapi Diperlukan
Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan bahwa penyesuaian harga BBM dilakukan berdasarkan mekanisme pasar.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa harga BBM non-subsidi memang fluktuatif karena mengikuti harga minyak mentah dunia. Pemerintah juga tetap memberikan subsidi untuk jenis BBM tertentu seperti Pertalite dan Solar agar tidak membebani masyarakat kelas bawah.
“Kami memahami keresahan masyarakat, tapi langkah ini penting untuk menjaga kestabilan fiskal dan menghindari beban subsidi yang terlalu besar,” ujarnya dalam konferensi pers.
Solusi dan Harapan Masyarakat
Kenaikan harga BBM memang sulit dihindari, namun masyarakat berharap ada langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk meringankan dampaknya. Beberapa saran yang banyak disuarakan antara lain:
Subsidi silang bagi pelaku UMKM dan transportasi umum.
Peningkatan layanan dan subsidi transportasi publik.
Program bantuan langsung tunai cmd368 (BLT) untuk masyarakat rentan.
Percepatan program kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi.
Sementara itu, sebagian masyarakat mulai mencari cara untuk beradaptasi, seperti beralih ke kendaraan hemat BBM, menggunakan transportasi umum, atau memanfaatkan layanan berbagi kendaraan (carpooling).
Penutup
Kenaikan harga BBM kembali menjadi ujian bagi daya tahan ekonomi masyarakat Indonesia. Meski kebijakan ini dinilai perlu dari sisi fiskal dan energi, pemerintah perlu lebih cermat dalam mempertimbangkan efek domino di lapangan. Respons cepat dan solusi nyata sangat dibutuhkan agar beban masyarakat tidak semakin berat. Di sisi lain, momen ini juga bisa menjadi dorongan untuk mengubah pola konsumsi energi menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.